Senin, 04 Agustus 2014

HISTORIS TOBI DAN TOBAI DI NUHU VIT (MADWAER) KEI MALUKU TENGGARA INDONESIA



HISTORIS TOBI DAN TOBAI 
DI NUHU FIT (MADWAER)
Pada zaman dahulu ada 3 (tiga) orang gandong yang bernama Tobi, Tobai dan Boimas mereka tinggal di Tanat Den Kot Varat  atau mata jalan di sebelah barat Ohoi Rat  Madwaer. Tobi beristrikan Dai Ditvar dan mempunyai dua orang anak laki-laki yang bernama Jawe Kormas dan Fali Kormas sedangkan Tobai tidak kawin sampai ia tua dan meninggal dunia.
Pada suatu saat Tobi, Dai Ditvar, Jawe Kormas dan Fali Kormas pergi kekebun sedangkan Tobai melakukan patroli laut di daerah seputaran Den Kot Varat dan Boimas tinggal di rumah mereka di Abovan. Pada saat itu Boimas sedang menjemur kelapa yang telah dikukur dalam sebuah nyiru supaya mandinya digunakan untuk mencuci rambut. Pada saat  Boimas menjemur kelapa di dalam nyiru tersebut, tertiup angin utara yang dasyat akhirnya membawa pergi nyiru dan kelapa milik Boimas itu. Pada saat Tobi dan Tobai pulang ke rumah, mereka melihat Boimas sedang menangis dan ketika mereka mendengar penjelasan dari Boimas terkait dengan permasalahan itu, maka Tobi dan Tobai memutuskan untuk pergi mencari nyiru sekaligus membunuh  pelaku dibalik kejadian tersebut.
Tobi dan Tobai serta Sawe Kormas langsung bertolak dari Tanah Den Kot Varat menuju bagian utara menelusuri pantai Kei Kecil Timur dan mereka tiba di Ohoi Rat Faan untuk mengambil bekal air, kemudian mereka melanjutkan perjalanan menyelusuri Pulau Kei Besar, setelah mereka sampai di Pulau Kei Besar yaitu tepatnya di depan Kota Elat sekarang mereka menemukan nyiru  milik Boymas yang telah membatu sampai sekarang di kenal dengan pulau Ipat atau Pulau Nyiru.
Kemudian mereka bertiga melanjutkan perjalan lagi menuju Pulau Papua karena mereka sudah mengetahui bahwa pelaku dibalik kejadiaan tersebut berada di tanah Papua atau Irian. Ketika mereka sampai di tanah Papua, mereka berperang melawan pelaku tersebebut yaitu Raja Namatota (Kaimana) dan rakyatnya di pulau Namatota. Didalam pertempuran tersebut Raja Mamatota dan rakyatnya menyerah kalah sehingga Raja Manatota menyerahkan atau memberikan BAUN RIT (Ngutun Rit dan Tenan Bes dan Tabob (Penyu Belimbing) sebagai hadiah atas kemenangan itu. Baun Rit (tempat siri dengan sebuah batu papan yang terbuat dari besi), Tenan Bes (tempat siri), dan Ngutun Rit (batu papan)
Setelah Tobi dan Tobai kembali  ke Kepulauan Kei, mereka singga dan menginap di Ohoi Rat Faan dan Tenan Bes ditinggalkan di Ohoi Rat Faan sebagai balas jasa saat mereka mengambil bekal air mereka sekaligus sebagai lambang ikatan pela, dengan cara melukai jari tangan dan mengisap darah dari Hilai Rumangun, Tobi, Tobai dan Sawe Kormas.
Tobi, Tobai, dan Sawe Kormas melakukan perjalanan pulang ke wilayah Den Kot Varat dan  membuat Lutur (pagar dari batu) untuk memelihara Penyu Belimbing di Abovan dan Ngutun Rit ditinggalkan di Ohoi Ngon Vat Yar.  Pada suatu saat Tobai mengambil alat tikam (Horan) dan menikam Tabob yang mengunakan Rantai atau pemimpin Tabob, akhirnya Tabob merobohkan batu dan berpencar ke laut, sehingga dengan persediaan bekal yang banyak dan ke laut yang jauh dan dalam baru bisa mendapatkan Tabob. Tabob merupakan pusaka bagi masyarakat Ratshap Mangrib yang harus terus dilestarikan dari waktu ke waktu, lewat tarian adat, teknik penangkapan dan cara pembagian Tabob.

Sumber : Gerson Rumheng