HISTORIS TOBI DAN TOBAI
DI NUHU FIT (MADWAER)
Pada zaman dahulu ada 3 (tiga) orang gandong yang bernama Tobi, Tobai
dan Boimas mereka tinggal di Tanat Den
Kot Varat atau mata jalan di sebelah
barat Ohoi Rat Madwaer. Tobi beristrikan Dai Ditvar dan
mempunyai dua orang anak laki-laki yang bernama Jawe Kormas dan Fali Kormas sedangkan
Tobai tidak kawin sampai ia tua dan meninggal dunia.
Pada suatu saat Tobi, Dai Ditvar, Jawe Kormas dan Fali
Kormas pergi kekebun sedangkan Tobai melakukan patroli laut di daerah seputaran
Den Kot Varat dan Boimas tinggal di
rumah mereka di Abovan. Pada saat itu Boimas sedang menjemur kelapa yang telah
dikukur dalam sebuah nyiru supaya mandinya digunakan untuk mencuci rambut. Pada
saat Boimas menjemur kelapa di dalam
nyiru tersebut, tertiup angin utara yang dasyat akhirnya membawa pergi nyiru
dan kelapa milik Boimas itu. Pada saat Tobi dan Tobai pulang ke rumah, mereka
melihat Boimas sedang menangis dan ketika mereka mendengar penjelasan dari Boimas
terkait dengan permasalahan itu, maka Tobi dan Tobai memutuskan untuk pergi
mencari nyiru sekaligus membunuh pelaku
dibalik kejadian tersebut.
Tobi dan Tobai serta Sawe Kormas langsung bertolak dari Tanah Den Kot Varat menuju bagian utara
menelusuri pantai Kei Kecil Timur dan mereka tiba di Ohoi Rat Faan untuk mengambil bekal air, kemudian mereka melanjutkan
perjalanan menyelusuri Pulau Kei Besar, setelah mereka sampai di Pulau Kei
Besar yaitu tepatnya di depan Kota Elat sekarang mereka menemukan nyiru milik Boymas yang telah membatu sampai
sekarang di kenal dengan pulau Ipat atau Pulau Nyiru.
Kemudian mereka bertiga melanjutkan perjalan lagi menuju
Pulau Papua karena mereka sudah mengetahui bahwa pelaku dibalik kejadiaan tersebut
berada di tanah Papua atau Irian. Ketika mereka sampai di tanah Papua, mereka
berperang melawan pelaku tersebebut yaitu Raja Namatota (Kaimana) dan rakyatnya
di pulau Namatota. Didalam pertempuran tersebut Raja Mamatota dan rakyatnya
menyerah kalah sehingga Raja Manatota menyerahkan atau memberikan BAUN
RIT (Ngutun Rit dan Tenan Bes dan
Tabob (Penyu Belimbing) sebagai
hadiah atas kemenangan itu. Baun Rit (tempat
siri dengan sebuah batu papan yang terbuat dari besi), Tenan Bes (tempat siri), dan Ngutun
Rit (batu papan)
Setelah Tobi dan Tobai kembali ke Kepulauan Kei, mereka singga dan menginap
di Ohoi Rat Faan dan Tenan Bes ditinggalkan di Ohoi Rat Faan sebagai balas jasa saat
mereka mengambil bekal air mereka sekaligus sebagai lambang ikatan pela, dengan
cara melukai jari tangan dan mengisap darah dari Hilai Rumangun, Tobi, Tobai
dan Sawe Kormas.
Tobi, Tobai, dan Sawe Kormas melakukan perjalanan pulang ke
wilayah Den Kot Varat dan membuat Lutur
(pagar dari batu) untuk memelihara Penyu Belimbing di Abovan dan Ngutun Rit ditinggalkan di Ohoi Ngon Vat Yar. Pada suatu saat Tobai mengambil alat tikam
(Horan) dan menikam Tabob yang mengunakan Rantai atau
pemimpin Tabob, akhirnya Tabob merobohkan batu dan berpencar ke
laut, sehingga dengan persediaan bekal yang banyak dan ke laut yang jauh dan dalam
baru bisa mendapatkan Tabob. Tabob merupakan
pusaka bagi masyarakat Ratshap Mangrib
yang harus terus dilestarikan dari waktu ke waktu, lewat tarian adat, teknik
penangkapan dan cara pembagian Tabob.
Sumber : Gerson Rumheng