Kamis, 25 September 2014

Tata Letak Desa atau Ohoi Madwaer.



Desa atau Ohoi Madwaer adalah salah satu desa yang teletak di wilayah Kabuapten Maluku Tenggara Kecamatan Kei Kecil Barat. Ditempu dengan transportasi darat (Mobil) dari wilayah timur kuang lebih 2 jam 30 menit dari pusat kota kabupaten (Langgur).
Desa Madwaer juga terletak di pesisir pantai dan memiliki tanah yang subur untuk sumber pendapatan masyarakat desa. Memiliki potensi pasir putih halus yang panjang, juga telaga yang di kenal oleh masyarakat setempat yaitu telaga EL, untuk tempat berwisata bagi wisatawan lokal kecamatan Kei-Kecil Barat dan Kabupaten. Desa ini merupakan pusat dari sejarah Tabob (Penyu Belimbing) yang dikenal oleh publik Kota Tual dan Kabupaten Maluku Tenggara dan memiliki Raja dengan Julukan Mangrib.
Letak astromis: 5000’’01’ LS - 5000’’03’ LS dan 132000’’01’ BT - 132000’’03’BT. Luas Wilayah : Panjang : 400 meter dan Lebar 100 meter tidak termasuk luas wilayah hutan dan laut. Letak geografis:
  • Sebelah utara                 : Desa Somlain
  • Sebelah timur laut          : Desa Warvut
  • Sebelah timur                 : Desa Ohoidertutu
  • Sebelah barat laut         : Desa Warbal 
  •  Sebelah barat                : Desa Warbal
  • Sebelah selatan             : Laut Banda.


Senin, 04 Agustus 2014

HISTORIS TOBI DAN TOBAI DI NUHU VIT (MADWAER) KEI MALUKU TENGGARA INDONESIA



HISTORIS TOBI DAN TOBAI 
DI NUHU FIT (MADWAER)
Pada zaman dahulu ada 3 (tiga) orang gandong yang bernama Tobi, Tobai dan Boimas mereka tinggal di Tanat Den Kot Varat  atau mata jalan di sebelah barat Ohoi Rat  Madwaer. Tobi beristrikan Dai Ditvar dan mempunyai dua orang anak laki-laki yang bernama Jawe Kormas dan Fali Kormas sedangkan Tobai tidak kawin sampai ia tua dan meninggal dunia.
Pada suatu saat Tobi, Dai Ditvar, Jawe Kormas dan Fali Kormas pergi kekebun sedangkan Tobai melakukan patroli laut di daerah seputaran Den Kot Varat dan Boimas tinggal di rumah mereka di Abovan. Pada saat itu Boimas sedang menjemur kelapa yang telah dikukur dalam sebuah nyiru supaya mandinya digunakan untuk mencuci rambut. Pada saat  Boimas menjemur kelapa di dalam nyiru tersebut, tertiup angin utara yang dasyat akhirnya membawa pergi nyiru dan kelapa milik Boimas itu. Pada saat Tobi dan Tobai pulang ke rumah, mereka melihat Boimas sedang menangis dan ketika mereka mendengar penjelasan dari Boimas terkait dengan permasalahan itu, maka Tobi dan Tobai memutuskan untuk pergi mencari nyiru sekaligus membunuh  pelaku dibalik kejadian tersebut.
Tobi dan Tobai serta Sawe Kormas langsung bertolak dari Tanah Den Kot Varat menuju bagian utara menelusuri pantai Kei Kecil Timur dan mereka tiba di Ohoi Rat Faan untuk mengambil bekal air, kemudian mereka melanjutkan perjalanan menyelusuri Pulau Kei Besar, setelah mereka sampai di Pulau Kei Besar yaitu tepatnya di depan Kota Elat sekarang mereka menemukan nyiru  milik Boymas yang telah membatu sampai sekarang di kenal dengan pulau Ipat atau Pulau Nyiru.
Kemudian mereka bertiga melanjutkan perjalan lagi menuju Pulau Papua karena mereka sudah mengetahui bahwa pelaku dibalik kejadiaan tersebut berada di tanah Papua atau Irian. Ketika mereka sampai di tanah Papua, mereka berperang melawan pelaku tersebebut yaitu Raja Namatota (Kaimana) dan rakyatnya di pulau Namatota. Didalam pertempuran tersebut Raja Mamatota dan rakyatnya menyerah kalah sehingga Raja Manatota menyerahkan atau memberikan BAUN RIT (Ngutun Rit dan Tenan Bes dan Tabob (Penyu Belimbing) sebagai hadiah atas kemenangan itu. Baun Rit (tempat siri dengan sebuah batu papan yang terbuat dari besi), Tenan Bes (tempat siri), dan Ngutun Rit (batu papan)
Setelah Tobi dan Tobai kembali  ke Kepulauan Kei, mereka singga dan menginap di Ohoi Rat Faan dan Tenan Bes ditinggalkan di Ohoi Rat Faan sebagai balas jasa saat mereka mengambil bekal air mereka sekaligus sebagai lambang ikatan pela, dengan cara melukai jari tangan dan mengisap darah dari Hilai Rumangun, Tobi, Tobai dan Sawe Kormas.
Tobi, Tobai, dan Sawe Kormas melakukan perjalanan pulang ke wilayah Den Kot Varat dan  membuat Lutur (pagar dari batu) untuk memelihara Penyu Belimbing di Abovan dan Ngutun Rit ditinggalkan di Ohoi Ngon Vat Yar.  Pada suatu saat Tobai mengambil alat tikam (Horan) dan menikam Tabob yang mengunakan Rantai atau pemimpin Tabob, akhirnya Tabob merobohkan batu dan berpencar ke laut, sehingga dengan persediaan bekal yang banyak dan ke laut yang jauh dan dalam baru bisa mendapatkan Tabob. Tabob merupakan pusaka bagi masyarakat Ratshap Mangrib yang harus terus dilestarikan dari waktu ke waktu, lewat tarian adat, teknik penangkapan dan cara pembagian Tabob.

Sumber : Gerson Rumheng 

Selasa, 15 Juli 2014

HISTORIS DESA MADWAER

 SEJARAH DESA MADWAER
Pada zaman duhulu ada empat orang dari Ohoi Ur Pulau bernama Tobi, Tobai, Vaav dan Hinair dari Marga Wirin dan Marga Rumheng yang datang tinggal di tanah Den Kot Varat di Abovan (Ohoi Rat Madwaer) untuk menjaga tanah di wilayah Den Kot Varat.

Pada suatu saat vaav dan Hinair menelusuri pantai bagian timur dari Tanat Den Kot Varat dan mereka menemukan sebuah perahu yang sedang berlabu di depan Ohoi Rat Madwaer. Kemudian Vaav dan Hinair menghampiri perahu tersebut dan menanyakan asal usul kedatangan mereka yang berada di dalam perahu. Jawab mereka !, kami berasal dari Desa Kardakau (Aru) dan nama kami adalah Lum, Kum dan Lak. Kami bertiga sedang mencari tempat tinggal. Alasan dari Lum, Kum, dan Lak tersebut maka Vaav dan Hinair membawa Lum, Kum dan Lak ke darat dan memberikan mereka sebidang tanah untuk menempati dan tinggal. Tempat itu diberinama Ngon Vat Yar dengan Woma Reli Badang Mas. Kemudian Tobi,Tobai,Vaav Dan Hinair menggantikan nama Lum menjadi Lumyar. Lum yang artinya Aru, jadi Marga Lumyar bersal dari Aru (Dobo) yaitu Desa Kardakau. Sedangkan Kum dan Lak meninggalkan Tanah Ngon Vat Yar enta ke mana.

Pada saat Marga Wirin dan Marga Rumheng kembali ke Ohoi Ur Pulau, mereka memberikan Tanat Den Kot Varat dan Tanat Ngon Vat Yar kepada Marga Lumyar untuk menjaga selaku tuan tanah dan juga mengutus beberapa orang untuk mendampingi Marga Lumyar menjaga tanah petuanan mereka. Mereka yang tinggal diberinama Marga Rumohoira dan yang lainya kembali menetap di Ohoi Ur Pulau. Selanjutnya masuk lagi pendatang-I yaitu Marga Renyaan dari Vaur Kei Besar dan tinggal bersama-sama Marga Lumyar dan Marga Rumohoira di Ngon Vat Yar, karena kesenjangan sosial antara Marga Rumohira dan Marga Renyaan, alasanya moyang Marga Renyaan membuat perbuatan amoral dengan moyang Marga Rumohoira, sehingga Marga Renyaan malu dan pindah ke Ohoiseb sampai sekarang ini. Masuk lagi pendatang ke-II yaitu Kalkian Renfan dan keluarganya dari Ohoi Ohoitel, karena perkelahian atau peperangan di tanah Fanil. Selanjutnya masuk lagi pendatang ke-III yaitu Kowarin dan istrinya dari Warvut karena perkelahiaan dengan Koyaan. Sesampainya mereka di tanah Reli Badang Mas, mereka tidak langsung masuk menetap di dalam Ohoi Rat Ngon Vat Yar tetapi mereka menempati Lutur Wahan/bagian luar. Sehingga penduduk Ohoi Rat Ngon Vat Yar pada saat itu memanggil Kowarin dan istrinya untuk menempati dan tinggal bersama-sama di Ohoi Rat Ngon Vat Yar. Seiring dengan berjalanya waktu, karena Kalkian Renfan memiliki peranan pada saat itu, maka ia membangun Ohoi Rat yang baru di sebelah timur dari Ohoi Rat Ngon Vat Yar serta ia menggantikan nama menjadi Ohoi Rat Madwaer yang berasal dari nama ayahnya Matwear, dan Woma Reli Badangmas menjadi Tarwalek yang artinya Kalkian Renfaan tidak bisa menahan serangan di Ohoi Ohoitel.